Bencana banjir di Jakarta tidak ada yang
mengira dan menginginkannya. Tetapi bencana tidak dapat dicegah apalagi
diusir ketika kita manusia lalai dan tidak mau bersahabat dan
menghargai alam. Ketika semua orang sibuk membantu korban banjir dengan
turun langsung membantu di posko-posko dan ke lokasi bencana, ternyata,
di media sosial seperti Blackberry Messenger telah ramai kiriman
bersiaran (broadcast), yang memberitakan soal
penyebab banjir adalah karena pintu air di PIK, tidak dibuka, dan ada
orang dari daerah ambon serta oknum Marinir yang menjaganya untuk tetap
tertutup.
Tidak lupa dalam pesar tersiar
(broadcast) itu di sisipkan tautan sebuah cuplikan dari beraking news
suatu stasiun telivisi nasional kita.
Tidak
tahu, latar belakang motivasi yang orang pertama yang memulai melakukan
siaran berita ini lewat BBM, dan yang disayang kan juga, ternyata semua
orang yang menerimanya tanpa melakukan penelaah lebih dalam, segera
meneruskan berita tentang pintu air di PIK ini ke jaringan kontak
dimedia sosialnya.
Sahut-mensahut berita tidak
benar ini mengalir dengan derasnya, sehingga menjadi suatu pembenaran
berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Dan
setelah saling bersahutan, ternyata timbul lagi ajakan untuk melakukan
buka paksa pintu air tersebut serta menyalahkan pengembang yang
membangun kawasan PIK itu.
Bagi saya, apapun alasan yang diberikan untuk motif penyebaran info sesat ini tidak bisa dibenarkan dan ditoleril.
Saya mungkin bukan seorang tata kota dan tata air.
Saya mungkin bukan pengusaha serta dari dinas perkerjaan umum jakarta.
Saya hanya warga biasa dan bertempat tinggal pada kawasan PIK saja.
Dan saya perduli dengan kawasan tempat tinggal saya.
Saya mengetahui setiap bagian dari kawasan lingkungan tempat tinggal saya.
Dan saya mengetahui, bahwa pintu air yg dituduhkan itu tidak ada dan tidak pernah ada.
Akan mudah untuk membuktikannya jika diperlukan.
Karena
pintu air adalah bukan barang yg ringkas dan bisa dipindahkan, jadi
kalau diperlukan, orang yang menuduhkan itu bisa menunjukan dimana letak
pintu air tersebut.
Lalu, perlu diketahui
juga, semua kawasan banjir yang berdekatan dengan PIK itu ada sebagian
besar kerabat dan teman-teman dari warga PIK juga.
Bahkan, rumah-rumah warga PIK menjadi penampungan pengungsian untuk saudara-saudara dan teman-temannya.
Begitu juga dengan Tzu Chi Center, semua korban banjir Jakarta yang membutuhkan penampungan, akan ditampung dengan terbuka.
Yang
saya sayangkan adalah, suatu isu negatif, kenapa masyarakat kita bisa
menerima nya bulat-bulat, dan meneruskannya dengan mudah.
Dan ketika kita melakukan penjelasan yang benar, kenapa tidak terjadi hal yang sama?.
Penjelasan yang saya terima ketika saya dilapangan dan terlibat didalam relawan Tzu Chi adalah:
1. Banjir ini karena curah hujannya tinggi dan lama.
2. Meluap nya beberapa waduk-waduk lain, dan menyebabkan mesin pompa nya rusak.
3. Jebolnya salah satu tanggul di banjir kanan (Latuharhary).
4. Penurunan kinerja drainisasi pluit
5. Rendahnya daratan Pluit dan berbentuk seperti mangkuk.
Jadi,
akhirnya saya hanya bisa bilang, banjir itu tidak enak, dan mari kita
intropeksi diri dengan menjaga kawasan lingkungan tempat tinggal kita
serta kota jakarta ini - See more at: http://www.pikinfo.com/ newsnevent/newsnevent_detail/ 12#sthash.TRco1n8u.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar